Banyuwangi Riwayatmu Kini
Banyuwangi pernah memiliki sarana lapangan terbang (lapter) di Dusun Sidodadi, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore pada tahun 1980-an. Banyak pesawat yang landing di kawasan Afdeling Muktisari, PT Perkebunan Kalirejo tersebut. Bagaimana kondisinya kini?
---
LOKASI lapter Blambangan memang cukup strategis. Posisinya hanya berjarak lima kilometer arah selatan dari jalan raya Jember. Dari pertigaan jalan Desa Karangharjo, ada jalan masuk yang memadai menuju tempat tersebut.
Selain itu, masioh ada jalur alternatif menuju lokasi tersebut. Yakni masuk melalui pertigaan Dusun Kalikempit, Desa Tulungrejo. Namun, jarak tempuh jalur alternatif ini lebih jauh. Dari pertigaan tersebut menuju lokasi lapter, jaraknya sekitar sembilan kilometer.
Dua jalan menuju lapter tersebut memang sama-sama belum beraspal. Namun tetap bisa dilewati sepeda motor mau pun kendaraan roda empat. Tidak ada bebatuan terjal yang menganga di sepanjang jalan tersebut.
Selain jalannya cukup rata, ketika kita berkunjung ke lokasi yang dikeliling ribuan tanaman produktif milik perkebunan itu, pengunjung juga bisa menikmati indahnya panorama alam di sepanjang jalan. Sepanjang sisi jalan tersebut tumbuh pepohonan rindang dan hijau. Belum lagi kicauan burung yang bersahutan sangat merdu.
Begitu sampai di lokasi, mungkin kita tidak akan menyangka kalau lahan tersebut dulunya merupakan lapter Blambangan. Sama sekali tidak terlihat adanya bekas-bekas landasan pacu pesawat di lokasi tersebut. Maklum, lokasi tersebut sudah banyak ditumbuhi tanaman dan rumput liar.
Pemandangan itu sangat kontras dengan kondisi lahan di sekitar eks lapter tersebut sepanjang 3.000 meter tersebut. Lahan di sekeliling lapter itu tampak asri. Banyak tanaman produktif milik perkebunan yang tumbuh dan tertata rapi. ''Lahan di tanah bekas lapter ini memang tidak bisa ditanami. Karena tanahnya sudah dipadatkan untuk landasan pacu. Selain itu, juga banyak bebatuan yang dulunya akan digunakan membangun lapter," jelas Kepala Dusun Kalirejo, Kusmawanto.
Akibat tidak bisa dimanfaatkan untuk tanaman produktif, lahan bekas lapter tersebut akhirnya dibiarkan mangkrak begitu saja. Sehingga seiring berjalannya waktu, tanaman dan rumput liar tumbuh subur di areal tersebut. ''Sampai sekarang seperti ini jadinya. Kelihatan rimbun dan tidak terawat," ujar Kusmawanto
Sekadar diketahui, lapter Blambangan tersebut dibangun pemerintah sekitar tahun 1980-an. Waktu itu, Bupati Banyuwangi masih dijabat oleh almarhum Djoko Supaat Slamet.
Latar belakang pembangunan lapter itu adalah persoalan pertanian. Pada waktu itu, Para petani Banyuwangi resah. Tanaman mereka banyak diserang hama wereng. Sehingga, banyak petani yang mengalami gagal panen.
Berbagai upaya sudah dilakukan petani untuk membasmi hama wereng tersebut. Namun berbagai upaya tersebut ternyata tidak kunjung membuahkan hasil. Akhirnya, pemerintah pusat ikut campur tangan mengatasi persoalan petani di Banyuwangi saat itu. Salah satu caranya, dengan menyemprotkan obat hama lewat pesawat udara. ''Karena pesawat harus ada landasan pacu, maka dibangunlah landasan pacu Blambangan di Desa Karangharjo," jelas Kepala Desa Karangharjo, Masrus.
Upaya yang dilakukan pemerintah ini tampaknya membuahkan hasil. Setelah dilakukan penyemprotan lewat udara secara rutin dan merata, hama wereng lambat laun mulai menghilang dari Bumi Blambangan. ''Setelah penyemprotan selesai, pesawat capung yang digunakan untuk menyemprot juga tidak berada di lapter itu lagi," jelas Kades Masrus.
Meski pesawat capung penyemprot hama sudah pergi, namun landasan pacu lapter itu tetap masih sering digunakan. Sebab pada era 1980-an tersebut, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sering menggelar latihan di lokasi tersebut. ''Pesawat latih TNI juga sering mendarat di lapter tersebut," ujar Wawan, warga Perkebunan Kalirejo.
Karena pernah dan sering digunakan tempat mendarat pesawat, pada era 1990-an tepatnya pada masa Banyuwangi dipimpin Bupati H.T. Purnomo Sidik, lapter Blambangan tersebut akan dijadikan bandar udara (bandara). Berbagai persiapan pembangunan bandara sudah disiapkan. Bahkan pemerintah memasukan anggaran ratusan juta rupiah dalam APBD, untuk mendanai pembangunan bandara tersebut. ''Kalau tidak salah, waktu itu bupati sudah menganggarkan sekitar Rp 500 juta. Anggaran tersebut juga sudah direalisasikan. Material-material juga sudah didatangkan ke sini," jelas Wawan.
Sayang dalam perkembangan selanjutnya, rencana pembangunan bandara tersebut batal dilakukan. Sebab pada tahun 1998, Bupati Purnomo Sidik harus lengser dari jabatannya.
Rencana pembangunan Lapter Blambangan di Kecamatan Glenmore, kembali digagas ketika Bupati Banyuwangi dijabat oleh Samsul Hadi. Waktu itu, Samsul berencana membangun bandara untuk memajukan Banyuwangi. setelah dilakukan beberapa kali survei, rencana membangun lapter di Kecamatan Glenmore akhirnya kandas. Alasannya, secara teknis posisi Kecamatan Glenmore kurang bagus untuk penerbangan karena dikelilingi gunung. Sehingga dianggap kurang layak dalam hal keselamatan penerbangan, jika kawasan itu dibangun lapter. Akhirnya, pemkab memilih lokasi yang lebih aman dan layak jual yakni di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi. (bay)